Di lanskap ekonomi global yang berkembang pesat, percakapan seputar Pendapatan Dasar Universal (Universal Basic Income/UBI) telah mengambil dimensi baru, terutama dalam konteks negara-negara berkembang yang berjuang dengan kesenjangan pendapatan dan kenaikan biaya hidup. Film "Pengalaman CirclesUBI di Bali" menawarkan wawasan mendalam tentang bagaimana sistem UBI berbasis poin digital, CirclesUBI, sedang diujicobakan di Bali, Indonesia, dengan tujuan membangun ketahanan komunitas dan menumbuhkan ekonomi baru yang dilandasi dukungan bersama dan kemakmuran yang terbagi rata.
Bali, sebuah provinsi yang terkenal dengan pemandangan memukau dan industri pariwisata yang berkembang pesat, menghadapi kesenjangan ekonomi yang signifikan yang diperburuk oleh krisis global seperti pandemi. Film ini dibuka dengan perspektif warga lokal tentang kenaikan harga, di mana hanya dalam waktu seminggu, biaya barang-barang pokok seperti gula dapat melonjak drastis. Narasi ini menjadi panggung untuk memperkenalkan CirclesUBI sebagai solusi potensial untuk tantangan ekonomi yang semakin besar yang dihadapi oleh komunitas lokal, terutama mereka yang sangat bergantung pada pariwisata.
CirclesUBI beroperasi dengan gagasan sederhana namun transformatif: mendistribusikan poin digital kepada individu di komunitas, yang dapat digunakan untuk bertukar barang dan jasa. Sistem ini tidak hanya mempromosikan visibilitas dan pertumbuhan bisnis lokal, tetapi juga menumbuhkan rasa solidaritas komunitas. Pemilik toko, pengrajin, dan konsumen sehari-hari membagikan pengalaman mereka tentang bagaimana CirclesUBI telah berdampak pada kehidupan mereka, mulai dari menawarkan diskon dan menarik pelanggan baru hingga memungkinkan pertukaran barang tanpa mata uang tradisional.
Keberhasilan CirclesUBI di Bali bergantung pada keterlibatan dan edukasi komunitas. Film ini menyoroti upaya tekun para Petugas Lapangan (Field Officers/FOs) yang menyusuri desa-desa dari pagi hingga malam, memperkenalkan program dan membantu warga dengan platform digital. Komitmen mereka menegaskan pentingnya kepercayaan dan koneksi personal dalam menerapkan solusi-solusi inovatif seperti ini.
Film ini juga menunjukkan bagaimana CirclesUBI memperluas dampaknya melalui acara-acara komunitas, seperti bazar Circles, yang merangkap sebagai inisiatif edukasi dan amal. Acara-acara ini berfungsi sebagai lokakarya praktis bagi warga untuk mempelajari sistemnya, terlibat dalam pertukaran langsung, dan memahami nilai poin digital mereka dalam pengaturan yang nyata dan berpusat pada komunitas.
Sebuah inisiatif komunitas yang mengharukan yang disorot dalam film adalah "Circles for Love", sebuah inisiatif amal yang didukung oleh akumulasi poin Circles dalam komunitas. Upaya ini menyoroti efek mendalam UBI ketika digabungkan dengan solidaritas komunal, menyediakan bagi mereka yang rentan dan menumbuhkan budaya saling membantu dan mendukung.
"Pengalaman CirclesUBI di Bali" melampaui batas sebuah eksperimen lokal, dengan memosisikan inisiatif ini sebagai mikrokosmos untuk pergeseran global menuju sistem ekonomi yang lebih inklusif dan mendukung. Film ini menantang pemirsa untuk mengkaji ulang struktur keuangan tradisional dan membayangkan masa depan di mana teknologi memberdayakan komunitas untuk saling mendukung di luar transaksi moneter.
Film ditutup dengan nada harapan dan ambisi kolektif, mendorong penilaian kembali norma sosial dan eksplorasi solusi-solusi inovatif seperti UBI untuk mengatasi masalah kemiskinan, ketimpangan, dan kerentanan yang terus berlanjut.
Pengalaman CirclesUBI di Bali menunjukkan potensi sistem UBI berbasis poin digital untuk memupuk ketahanan komunitas, memberdayakan individu, dan mendefinisikan kembali interaksi ekonomi.
Saat kita menavigasi kompleksitas dunia modern, inisiatif seperti CirclesUBI menawarkan sekilas masa depan di mana teknologi dan kepercayaan bersatu untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil. Film ini tidak hanya mendidik tetapi juga menginspirasi, mendorong komunitas di seluruh dunia untuk mempertimbangkan kekuatan transformatif dari sumber daya bersama dan dukungan kolektif.
Mengakui Suara-suara di Balik Gerakan
Dokumenter ini menampilkan wawasan dari para ahli yang telah berperan penting dalam mengkonseptualisasikan dan mengembangkan kerangka kerja CirclesUBI. Martin Köppelmann dan Dr. Friederika Ernst, pendiri Gnosis Ltd dan ko-kreator Circles, bersama dengan Shaunda Brown, CEO Coöperatie Circles Balu U.A., memberikan kedalaman dan konteks pada implementasi dan potensi program inovatif ini. Selain itu, Nawawi, M.A., Ph.D., dan Yanu Endar Prasetyo dari BRIN menawarkan perspektif akademis yang menegaskan signifikansi dan dampak CirclesUBI pada komunitas lokal dan lebih jauh lagi.
Terima kasih khusus diberikan kepada Peserta Penelitian Circles atas berbagi pengalaman berharga dan pribadi mereka, yang menjadi tulang punggung dokumenter ini. Individu-individu ini termasuk Dewi Hamilatul Rohmah, Ni Wayan Warsi, Pak Mustain, pemilik Warung Bakso, I Ketut Dwi Antara, Ni Made Darmasih, Ni Kadek Ayu, dan sekali lagi, Dewi Hamilatul Rohmah atas keterlibatan berulangnya dan kontribusi berharganya.
Dedikasi Tim Penelitian Lapangan juga patut mendapat pengakuan atas komitmen dan upaya mereka yang tak kenal lelah dalam mewujudkan program ini. Gede Mantra, tokoh masyarakat terkemuka dari Denpasar, bersama dengan Muhamad Nurhuda, I Nyoman Budiastana, Ni Ketut Ayu Permatasari, dan Tya, telah memainkan peran penting dalam operasi lapangan di berbagai wilayah termasuk Mendoyo, Jembrana, Abiantuwung, Tabanan, dan lainnya, menunjukkan jangkauan luas dan pendekatan hands-on dari inisiatif Circles.
Bersama, kisah, upaya, dan wawasan individu-individu ini melukiskan gambaran komprehensif tentang Pengalaman CirclesUBI di Bali, menyoroti tantangan, keberhasilan, dan potensi transformatif dari pendekatan unik ini dalam kesejahteraan sosial dan ketahanan komunitas.
댓글